”Bermain game bisa merangsang otak untuk berpikir kreatif dan cerdas, pintar mengatur strategi dan nalar logika terlatih kritis. Tapi, tidak sedikit risiko negatif dari game online. Mulai dari anak membolos sekolah hingga berbuat kriminal. Ini yang membuat orangtua dan guru mesti mewaspadai tren kecanduan game online, khususnya di kalangan siswa sekolah,” ujar praktisi komunikasi yang juga Dosen IAIN Kerinci, Jambi Jafar Ahmad dalam webinar literasi digital di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (29/5/2024)
Webinar literasi digital di Gorontalo yang diperuntukkan untuk segmen pendidikan itu digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo
Mengusung tema ”Mengenal Dunia Game Online”, webinar berlangsung semarak dan diikuti ratusan siswa dan tenaga pendidik dari sejumlah sekolah di Kabupaten Gorontalo yang menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Di antaranya, SMAN 1 Tolangohula, SMAN Telaga, SMAN 2 Telaga Biru, SMAS Muhammadiyah Tolangohula, SMPN 1 Pulubala, SMPN 1 Mootilango, MPN 1 Tibawa serta MTsN 2 dan MTsN 3 Gorontalo.
Menjawab pertanyaan Zaenal Efendi dari SMAN 1 Telangohula tentang cara menghindari kecanduan game online dan tetap cakap digital, Kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gorontalo Sutrisno DJ Yunus menyebut perlunya orang tua bijak tetapi tegas mengatur waktu yang tepat kapan anak boleh bermain game.
”Kalau perlu, bikin jadwal bersama dengan guru. Syukur, guru turut mengawasi dan memverifikasi game mana yang pas dan tepat diakses siswa, agar kecanduan dan manfaat game dalam beragam bentuk materi belajar lebih optimal,” saran Sutrisno.
Menurut Sutrisno, peran guru dan orangtua tak bisa disepelekan. Apabila anak kecanduan game, guru dan orang tua harus berperan mencari solusi dengan mencari alternative permainan game yang positif dan tidak membuat anak lupa belajar.
”Memverifikasi pilihan game yang pas buat anak menjadi pekerjaan rumah yang mesti digarap bersama oleh trio: guru, orangtua dan anak, dengan saling bertanggung jawab dan bersinergi,” urai Sutrisno, seraya menyebut pihaknya telah tiga tahun menggelar kompetisi game Mobile Legend di Gorontalo dengan hasil efektif mengerem kecanduan siswa menjadi sarana kompetisi positif di sekolah.